Senin, 22 November 2010

Tarakan Undercover: Angkringan di persimpangan Karang Anyar


Pukul 11.00, Malam dingin mengitari Kota Tarakan. Seusai siaran di salah satu radio swasta di Tarakan, Seorang teman mengajakku merasakan Nasi Goreng 5000 (sesuai namanya, nasi goreng hanya seharga 5000 seporsi) di sebuah angkringan* persimpangan Karang Anyar. Aku langsung tertarik, Nasi Goreng apaan, cuman limaribu perak? Setahuku Nasi goreng yang dijual di Tarakan paling kurang sepuluh ribu, itupun belom yang spesial, juga blom termasuk minuman penyegarnya.

Naik sepeda motor membuat tubuhku semakin dingin. Kami tak peduli, maklum anak muda, masalah dingin dan kesehatan urusan kesekian, yang penting tujuan tercapai. Kami melintasi Jalan Pasir Putih kemudian Karang Anyar, tempat Nasi Goreng 5000 berada. Beberapa puluh menter menjelang jalan besar,Jl. Jendral Sudirman, yang memisahkan Karang balik dengan Karang Anyar, temanku melambatkan laju kendaraan. Sebelah kiri, sebuah pondok kecil dengan penerangan seadanya terlihat. Dari persimpangan, aroma Nasi Goreng mulai tercium. Dalam keadaan laper seperti ini,jenis aroma Makanan apapun bisa tercium dari jarak jauh :)

Aku melihat tenda dan dua gerobak angkringan. Temanku memarkir kendaraan, begitu banyak ragam orang terlihat. Mahasiswa, pekerja bangunan (terdeteksi dari aroma keringatnya), anak nongkrong, hansip jaga malam, sampai polisi patrolipun ikut nimbrung. cuma satu makanan bisa dipesan: Nasi Goreng 5000, dengan beberapa "opsi" tambahan kerupuk, cabe rawit ijo, kecap manis dan sambel. Plus air putih yang bisa dinikmati sepuasnya, khususnya yang tidak tahan pedasnya cabe rawit ijo.

Satu hal yang tidak kecil di sana, yaitu antrian. Kami harus menunggu lama untuk mencicipi nikmatnya nasi goreng 5000. Sambil menunggu, kuperhatikan gerak-gerik para pelayan yan menurutku cukup banyak untuk ukuran akringan nasi goreng pinggri jalan.
semuanya berjenis kelamin pria, sudah bisa ditebak, pakaian yang mereka pakai tidaklah sebersih atau serapi pelayan restoran di Rumah makan Obonk, atau Terminal Rasa di THM, Pusat Kota.

Para pengantri, yang bisa jadi pelanggan tetap di angkringan ini cukup sabar dalam menunggu. disaat-saat mengantri aku merasakan suasana kekeluargaan, santai dan lebih asyik diantara mereka. ledakan tawa, gurauan, sampai acara curhatpun berlangsung disini. Berbagai topikpun bisa menjadi pembahasan di angkringan ini. Mulai dari Kasus gayus Tambunan, sampai masalah pribadi sudah menjadi pembahasan panas. dan akan berakhir setelah nasi goreng yang dipesan sudah ada di atas meja mereka atau bisa jadi pembahasan terus berlanjut disaat mereka sedang menikmati nasi goreng 5000.

Puas memperhatikan para pengunjung angkringan, tiba saatnya untuk menikmati nasi goreng yang ternyata sudah ada di depanku, terdiri dari nasi goreng dengan saos tomat dan bumbu sederhana + telor mata sapi. dari segi tampilan, sangat sederhana jika dibandingkan dengan nasi goreng dari angringan lainnya tapi soal rasa tidak banyak perbedaan ( kecuali telornya yang "agak" sedikit gosong ^_^ tapi bukan menjadi masalah bagi pengunjung seperti aku yang sudah lapar.

Angkringan tetap mempertahankan kesederhanaannya ditengah gaya hidup masyarakat Tarakan yang terus berkembang. Kesederhanaan ini bisa kita lihat dari bentuk tempat, jenis makanan dan harganya sendiri. Kesederhanaan ini tetap dipertahankan sebagai suatu ciri khas yang membedakannya dengan usaha lain.

Dari usaha kecil ini, kita bisa melihat bahwa kesederhanaan ini bisa kita pertahankan sebagai suatu ciri khas masyarakat indonesia. Kita bisa meluaskan kesederhanaan ini dalam lingkup yang lebih luas kedalam berbagai aspek kehidupan. Dalam dunia yang terus berkembang ke arah globalisasi, kita tetap bisa mempertahankan kesederhanaan melalui angkringan.


Keterangan: *Angkringan adalah sebuah gerobak beserta tendanya untuk melindungi pengunjung dari panas dan hujan yang menyajikan berbagai jenis makanan dan minuman tertentu.

2 komentar: