Sabtu, 16 Oktober 2010

Saatnya Berlomba Berbuat


SERASA sedang dalam masa kampanye, begitulah yang kita rasakan saat melintas jalan protokol Jakarta hari-hari ini. Bendera-bendera partai berlomba untuk menarik perhatian orang yang sedang melintasi jalanan.

Di sepanjang jalan terbentang spanduk-spanduk dan bendera partai beserta slogan-slogannya. Partai Demokrat yang akan merayakan hari ulang tahun, memasang wajah Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Umum Anas Urbaningrum disertai slogan "Melanjutkan Bakti Kepada Negeri". Sementara Partai Golkar memasang wajah Ketua Umum Aburizal Bakrie disertai slogan "Suara Golkar, Suara Rakyat".

Masih ada setidaknya dua partai yang tidak mau ketinggalan untuk memasang bendera mereka. Ada bendera biru dari Partai Amanat Rakyat dan bendera putih milik Partai Keadilan Sejahtera.

Ketika kita baru saja satu tahun menyelenggarakan pemilihan umum untuk apa partai-partai gencar berkampanye? Bukankah pemilu tidak akan diselenggarakan esok dan baru empat tahun lagi akan digelar?

Kita tidak melarang partai-partai untuk terus membangun komunikasi dengan konstituen dan masyarakat. Hanya saja komunikasi yang dibangun hendaknya bukan dalam bentuk kampanye-kampanye, tetapi sebaiknya dalam bentuk aksi nyata. Partai-partai seharusnya berlomba melakukan kegiatan yang bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat.

Sekarang ini bukan saatnya untuk menebar-nebar janji. Masyarakat sudah penuh dengan janji-janji yang disampaikan saat kampanye tahun lalu. Sekarang ini masyarakat menunggu realisasi dari semua janji-janji itu.

Para politisi jangan hanya berhenti pada menebar janji. Mereka harus juga mampu memenuhi janji. Istilahnya, politisi itu jangan hanya bisa deliver promise, tetapi harus juga promise delivered.

Setelah hampir setahun pemilu selesai, masyarakat belum merasakan hasil dari pemilu yang telah dilalui. Pemerintah pun pada terbatas pada "akan-akan". Padahal sekarang ini tidak lagi dibutuhkan "akan", tetapi apa yang sudah dikerjakan. Kalau pun belum bisa langsung dirasakan, masyarakat bisa merasakan proses yang sedang dijalankan.

Kalau kita menangkap rendahnya apresiasi masyarakat kepada pemerintah, itu karena mereka memang belum merasakan hasil dari pembangunan yang dijanjikan. Hampir sebagian besar masyarakat merasa bahwa kehidupan mereka masih sama saja atau bahkan lebih buruk dari setahun yang lalu.

Hasil survai yang dilakukan MetroTV pada awal Oktober menunjukkan bahwa masyarakat tidak merasakan bahwa pemerintahan itu ada sosoknya. Padahal mereka berpendapat, dalam hal-hal yang bekaitan dengan kesejahteraan umum, peran pemerintah sangat dibutuhkan kehadirannya.

Salah satu contoh sikap pemerintah yang masih berkutat dalam terminologi "akan" adalah dalam pembangunan infrastruktur. Sejak tahun 2004 sudah dijanjikan bahwa pembangunan infrastruktur akan dilakukan, tetapi kemajuannya masih sangat minim.

Kalau para tokoh nasional sampai berkumpul di Muhammadiyah itu jangan lalu ditangkap sebagai sikap tidak suka pada pemerintah. Sikap itu harus dilihat sebagai kepedulian kepada negara. Mereka mengharapkan pemerintahan sekarang ini berhasil membawa bangsa dan negara ke arah kemajuan.

Aneh jika kepedulian seperti itu kemudian dibalikkan sebagai upaya penggulingan terhadap pemerintah berkuasa. Tidak ada satu pun warga bangsa ini yang menginginkan pemerintahnya gagal. Pemerintah tidak boleh sampai gagal memajukan bangsa dan negara ini.

Ungkapan keprihatinan itu tidak cukup hanya dijawab dengan menebar isu murahan. Keprihatinan itu harus dijawab dengan aksi nyata. Kalau negara ini bisa mencapai kemajuan yang pesat dan bisa memerbaiki kesejahteraan masyarakat, pasti tidak ada orang-orang yang akan berkumpul untuk menyampaikan rasa keprihatinan.

Selama empat tahun ke depan yang harus kita kerjakan bukanlah melakukan kumpul-kumpul politik. Yang perlu dilakukan adalah menyingsingkan lengan baju untuk bekerja dan membuktikan bahwa kita mampu untuk memajukan negeri ini.

Begitu banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Bencana banjir bandang di Wasior, Papua Barat misalnya, tidak akan pernah diselesaikan hanya denga berpidato dan membuat rencana-rencana. Tidak harus menunggu empat bulan, apa yang bisa sekarang dilakukan untuk memerbaiki keadaan, segera saja dilaksanakan.

Pameran kekuatan politik yang dilakukan di jalan-jalan protokol ibu kota sekarang ini jelas merupakan sebuah kemubaziran. Daripada uang dibuang-buang untuk kampanye, lebih baik dilakukan dengan kampanye yang lebih nyata, yakni melakukan kegiatan yang bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat banyak.

http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/tajuk/2010/10/16/549/Saatnya-Berlomba-Berbuat/tajuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar